Media Peserta / Bandung Bergerak
Podcast Suara Pinggiran Jadi Tumpuan Pengembangan Bandung Bergerak
Jenuh bekerja sebagai reporter di media cetak, yang dinilai nya terlalu eksploitatif dan berita kerap ditulis dengan bombastis. Tri Joko mencoba merintis media digital Independen pada 2021, bernama Bandung Bergerak.id. Rintisan media baru ini diharapkan menjadi media lokal mendalam yang menyuarakan isu minoritas dan masyarakat marjinal. “ Media yang murni mengedepankan prinsip jurnalis dan tidak dibumbui berita bombastis” ujar mantan Jurnalis Pikiran Rakyat ini.
Awalnya ia melangkah dengan tertatih dan hanya dari dukungan modal filantropi yang bersedia membiayai operasional media selama setahun. Dari dana itu mereka dapat merekrut 3 orang redaksi termasuk Tri. Pada tahun pertama itu Bandung Bergerak berfokus untuk membangun branding. Sehingga kebutuhan-kebutuhan lain masih dikesampingkan.
Dari kekuatan yang ada Bandung Bergerak hanya mampu mengisi berita dengan 2-3 artikel untuk setiap minggunya, sambil secara pelan membangun medsos untuk promosi. Bandung Bergerak sengaja tidak ingin mengisi halamannya dengan tayangan iklan adsense. Selain tak ingin mengotori halaman yang sengaja tampil dengan corak hitam putih, mereka sadar secara jumlah artikel mereka masih sangat terbatas sehingga belum cukup dimonetisasi.
Sementara untuk mempertahankan kelangsungan hidup, mereka mengandalkan layanan jasa seperti memberikan pelatihan, membuat buku, membuat dokumentasi video. Hingga mengelola event dan proyek riset. Sambil mencari funding dan ikut fellowship. Untuk melaksanakan proyek-proyek ini Bandung Bergerak memanfaatkan redaksi yang ada, jika memerlukan tambahan tenaga mereka akan merekrut orang lain atau mengerahkan jaringan Kawan Bergerak yang dibentuknya.
Selain mencari proyek lain mereka juga banyak mengikuti program fellowship, seperti halnya kegiatan fellowship Independent Media Accelerator (IMA) yang diselenggarakan Tempo Institute. Mereka mengaku tertarik mengikuti program ini, karena program tersebut sangat dibutuhkan media seperti Bandung Bergerak. Dimana IMA mengakselerasi media media digital yang baru berkembang, sekaligus mendorong media itu untuk bisa sustainable.
Pilihan Bandung Bergerak mengusulkan podcast dalam program ini, mereka ingin mengembangkan dan memperluas cakupan medi. Jika sebelumnya Bandung Bergerak berkutat di bidang tulisan dan foto mereka ingin mengembangkan dari sisi unsur visual, seperti video dan talkshow. “Apalagi era sekarang penampilan visual sebuah media sangat digemari, terutama untuk pembaca muda,” ujarnya . Untuk itu mereka bertekad menguasainya.
Fellowship IMA selain mengakselerasi media digital untuk meningkatkan kualita jurnalistiknya, juga mendorong media untuk bertransformasi ke digital dan mengembangkan model bisnisnya untuk dapat sustainable dan berkembang
Podcast yang dibuatnya didedikasikan bagi Komunitas dan masyarakat pinggiran. Menurut Tri selama ini, terutama di Bandung media belum ada yang menyuarakan suara pinggiran. Untuk itu mereka ingin mengambil ceruk ini. Selain basis pembaca mereka memang masyarakat pinggiran, komunitas dan mahasiswa.
Liputan liputan podcast mereka bicara tentang nasib warga Cijagra yang bertahun -tahun menjadi korban banjir, juga Cerita warga permukiman padat di Kampung Braga, Kota Bandung , Cerita tentang nasib buruh perempuan di desa Cijambe, kota Bandung atau cerita tentang Warga Dago yang menjadi korban penggusuran.
Dengan dukungan program IMA, Bandung Bergerak kini memiliki perangkat dan sarana visual untuk memproduksi podcast, yang produknya di tayangkan di kanal Youtube. Hasil video podcast belum bisa ditayangkan di website mereka mengingat kapasitas websitenya “ Jadi kami hanya memasang link tautan video nya di website,” ujarnya
Melalui program ini, Tri mengaku mendapat sejumlah manfaat, selain meningkatkan kapasitas media, dengan memiliki kanal tambahan berupa video. Mereka juga memiliki alternatif tempat belajar bagi redaksi dan komunitasnya. Jika sebelumnya mereka hanya belajar soal teks, dan fotografi dengan penegembangan ini akan bertambah kemampuan belajar mereka ke video. Ini sangat diperlukan bagi komunitas yang memang menjadikan Bandung Bergerak sebagai sarana pembelajaran bersama.
Dengan bertambahnya konten, mereka berharap semakin meningkatnya kesempatan monetisasi media mereka. Mereka juga berharap dengan podcast Suara Pinggiran bisa menjadi alternatif pilihan bagi komunitas-komunitas di Bandung untuk menyuarakan ide dan gagasan mereka.
Foto: Kegiatan Podcast BB