Media Peserta / Trust TV
Live Streaming Menjadi Andalan Bisnis Trust TV
Berangkat dari nasib yang sama , di PHK dari pekerjaannya sebagai koresponden televisi nasional, tiga orang Qodriansyah Agam Sofyan, Andri dan Muhammad Basri bersepakat membentuk media online berbasis broadcast, bernama Trust TV, pada 2020.
Alasan mereka memilih mendirikan televisi, karena latar belakang dan pengetahuan mereka berasal dari dunia yang sama, jurnalis media televisi. Agam sebagai produser televisi Inews di Makassar, Andri mantan koresponden Kompas TV, seentara Basri berasal dari TV lokasil Celebess TV mereka senasib tergerus pemangkasan karyawan yang dilakukan perusahaan media mereka. Harapannya dengan pembentukan itu mereka bisa berkembang seperti halnya Watchdog milik Dandhy Laksono, Narasi miliki Najwa atau seperti RAN TV milik Raffi Ahmad.
Mengapa mengusung konsep ini karena embrio mereka berasal dari media televisi. Ilmu pengetahuan yang mereka miliki , banyak mengadopsi dari media pertelevisian. Pertimbangannya, agar bisa menyalurkan ilmu pengetahuan mereka selama ini di audio visual. Selain itu juga karena melihat realita publik Makassar dan Sulawesi Selatan, mereka banyak menonton konten video.
Selama ini kegiatan Trust TV hanya dijalankan 3 orang pendirinya, mereka belum berani untuk mengembangan peroenel yang ada. Konten diisi secara mandiri dari hasil liputan mereka, tanpa adanya pemberian gaji. Gaji diberikan berdasarkan per proyek. Jika ada proyek pembuatan video iklan dan sebagainya mereka bisa menyisihkan sebagian untuk tenaga.
Untuk bertahan mereka mendekati beberapa instansi untuk menawarkan kerjasama pembuatan iklan dan dengan modal telepon genggam dan kamera yang mereka miliki mencoba membuat konten. Proyek dari instansi kerap meminta lembaganya memiliki badan hukum dan dari dana pinjaman dibuatlah badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas.
Konten itu selain ditayangkan di website mereka juga tayangkan hasil liputan mereka ke medsos , seperti Youtube dan instagram dengan diberi label Trust TV. Dari sana mereka berharap menangguk pendapatan. Namun diakui pendapat dari sana belum seberapa, awalnya fokus di liputan tentang kriminal , kendati penonton banyak ternyata belum juga menghasilkan pendapatan. Sejak saat mereka mengikuti banyak kegiatan seminar dan pelatihan, mereka mulai memfokuskan pada isu wanita, disabilitas dan inklusi. Termasuk saat mengikuti program Independent Media Accelerator mereka mengusulkan liputan video dengan tema perempuan, anak perempuan dan disabilitas. Dalam program itu mereka mengajukan pembuatan 15 video liputan dengan tema besar “Titik Balik Isu Anak, Perempuan dan Disabilitas”.
Mengatasi keterbatasan tenaga sekaligus mereka mengerahkan sukarelawan dari berbagai latar seperti mahasiswa, organisasi masyarakat dan Lembaga swadaya. Mereka diberi kesempatan mengikuti pelantikan soal jurnalistik juga soal broadcasting dengan memanfaatkan sumber daya berupa telepon genggam yang mereka miliki.
Dari peserta pelatihan itu mereka akan diseleksi ide liputan dan kemampuan melakukan liputan . Dari mereka dipilih 15 peserta yang lolos akan diminta mengerjakan liputannya. Mereka akan dan melakukan liputan secara tandem bersama crew Trust TV yang sudah mahir melakukan liputan. Hingga pelaporan itu mereka berhasil menghasilkan 10 video liputan tentang perempuan , anak dan disabilitas. Video yang dihasilkan antara lain, Secangkir Kopi dari Teman Tuli, Seni Tari Teman Tuli, Guru Perempuan Mengajar di Tempat Sampah, Resiko Perkawinan Usia Anak, Perempuan Penjaga Laut dengan Mangrove, Pembangunan Belum Ramah Disabilitas, dan Dari Pungut Sampah Bisa Beli Alat Tulis,
Bermodalkan beberapa video karya ini, semakin percaya diri mengajukan kerjasama ke sejumlah instansi. Untuk mempertahankan sustainable medianya mereka berencana menawarkan kerjasama memproduksi Live Streaming. Alasannya program tersebut mudah digarap, tidak membutuhkan sarana dan sumberdaya yang banyak, selain dibutuhkan banyak instansi..
Foto:: Kegiatan Pelatihan Calon reporter TrustTV